Seruni yang Mekar di Paitjaya Mentok: Harapan dari Senyum Anak-Anak

Berita445 Dilihat

BN16 BANGKA

Mentok, Bangka Barat – Di sebuah sore yang lembut di Kampung Paitjaya, suara gendang terdengar berulang-ulang dari sebuah ruangan sederhana. Tangannya kecil, kadang salah memukul, namun semangatnya tidak pernah padam.

Namanya Riko, bocah 11 tahun yang dulu pemalu, kini semakin berani menabuh irama. “Saya mau jadi pemain gendang besar nanti,” katanya polos, sambil menyeka peluh dari dahinya.

 

Riko hanyalah satu dari puluhan anak yang kini bergabung di Yayasan Seni Seruni, sebuah wadah yang sejak awal tahun 2025 menjadi rumah baru bagi mimpi anak-anak di Bangka Barat. Di sana, anak-anak yang sebelumnya hanya mengenal gawai dan jalanan kini menemukan tempat untuk bernyanyi, menari, dan mencintai seni.

 

Ada pula Sinta, siswi SMP yang setiap sore rela berjalan hampir tiga kilometer untuk berlatih tari. “Kalau capek, saya ingat ibu bilang: jangan sia-siakan bakat. Tari itu bukan hanya gerak, tapi kebanggaan,” ucapnya, dengan mata berbinar meski kakinya baru saja terasa pegal setelah berulang kali mencoba gerakan tari daerah.

 

Kisah Riko dan Sinta hanyalah potret kecil dari wajah Yayasan Seni Seruni. Dari ruang sederhana beralaskan semen, mereka belajar banyak hal: disiplin, kerja sama, keberanian, dan tentu saja cinta pada budaya sendiri.

 

Jumlah peserta didik kini sudah lebih dari 50 orang, terbagi dalam tiga tingkatan: pemula, madya, dan terampil. Ada yang baru belajar memukul gendang, ada yang sedang melatih vokal, ada yang jatuh bangun belajar gerakan tari. Namun di balik peluh dan tawa mereka, ada satu keyakinan: seni bisa memberi mereka masa depan.

 

Selasa (19/8/2025) lalu, pengurus yayasan bersama beberapa anak berkunjung ke kantor Bupati Bangka Barat, Markus, S.H. Mereka bercerita, kadang dengan suara bergetar, tentang perjalanan Seruni: dari kekurangan alat musik, latihan seadanya, hingga keinginan agar pemerintah membantu mereka menjaga mimpi ini tetap hidup.

 

Bupati Markus mendengarkan dengan penuh perhatian. “Saya bangga ada inisiatif seperti ini. Seni adalah identitas kita. Saya mendukung penuh agar yayasan ini terus berkembang,” ujarnya. Ia bahkan berjanji menghubungkan Yayasan Seni Seruni dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, agar langkah kecil ini bisa menjadi gerakan besar bagi kebudayaan Bangka Barat.

 

Janji itu membuat anak-anak semakin bersemangat menanti hari Sabtu, 23 Agustus 2025. Di tanggal itu, mereka akan tampil di Museum Daerah Bangka Barat dalam acara launching resmi Yayasan Seni Seruni. Tak hanya sekadar peresmian, tetapi juga sebuah panggung sejarah, di mana anak-anak sendiri yang akan mengisinya.

 

Riko akan menabuh gendang dengan sekuat hati. Sinta akan menari dengan senyum terbaiknya. Mereka ingin membuktikan bahwa seni bukan sekadar hiburan, melainkan warisan, kebanggaan, sekaligus harapan.

 

Seperti bunga seruni yang teguh mekar di mana pun ia tumbuh, yayasan ini lahir dari kesederhanaan namun membawa keindahan. Dari senyum anak-anak yang belajar, dari peluh yang jatuh saat berlatih, hingga doa orang tua yang mengiringi, Seruni tumbuh menjadi harapan baru bagi Bangka Barat.

 

Pada 23 Agustus nanti, bunga itu akan benar-benar mekar. Dan siapapun yang melihatnya, akan tahu: di Paitjaya, seni dan budaya tidak mati ia hidup, tumbuh, dan menyala lewat anak-anak yang percaya pada mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *