BN16 BANGKA
Mentok, Bangka Barat — Jumat pagi (15/08/2025), lapangan terbuka di jantung Kota Mentok tampak lebih ramai dari biasanya. Di bawah tenda biru-putih, warga berbondong-bondong memadati acara Pekan QRIS Nasional. Sejak embun pagi masih menempel di dedaunan, suasana sudah berubah menjadi ajang literasi keuangan digital yang meriah.
QRIS kode kecil yang kini menjadi pintu masuk transaksi non-tunai hari itu menjelma simbol perubahan. Bukan sekadar alat bayar pajak, melainkan juga wujud kolaborasi antara pemerintah, perbankan, UMKM, dan masyarakat.
Antrean panjang di depan stan Bank Sumsel Babel jadi bukti perubahan besar. Jika dulu warga harus membawa map penuh dokumen dan uang tunai untuk bayar pajak, kini cukup dengan ponsel. Hanya dengan memindai QRIS, kewajiban pajak pun lunas dalam hitungan detik.
Bupati Bangka Barat, Markus, S.H., ikut merasakan langsung manfaatnya.
“Inilah wajah baru Bangka Barat: digital, efisien, dan transparan. Dulu bayar PBB antre panjang bawa uang cash, sekarang tinggal scan ponsel. Bahkan bisa lewat SAMSAT,” ujarnya.
Tak hanya pajak bumi dan bangunan, kini ada 13 jenis pungutan daerah yang sudah bisa dibayar secara digital. QRIS, mobile banking, hingga virtual account disiapkan untuk mendorong tata kelola keuangan yang lebih bersih dan modern.
Pemimpin Cabang Bank Sumsel Babel Muntok, Dedy Zulkarnain, menambahkan program insentif bagi masyarakat.
“Setiap warga yang bayar PBB lewat QRIS mendapat voucher Rp20.000 untuk membeli produk UMKM binaan kami. Jadi, bayar pajak sekaligus membantu usaha lokal,” jelasnya.
Bukti nyatanya terlihat di stan UMKM. Seorang ibu penjual keripik singkong tersenyum lebar sambil menunjukkan ponselnya.
“Dulu jarang ada yang pakai QR Code. Sekarang, dari pagi bunyi bip terus!” katanya penuh semangat.
Bupati Markus bahkan ikut membeli produk UMKM dengan QRIS, lalu membagikannya kepada warga. Menurutnya, hal ini bukan hanya soal transaksi, tapi juga soal kebanggaan pada produk lokal.
Selain pajak dan UMKM, acara juga diramaikan dengan layanan publik. Jasa Raharja membuka stan kesehatan gratis, mulai dari cek tekanan darah hingga gula darah. Di sisi lain, Bulog dan Dinas Pertanian menggelar pasar murah yang juga sudah bisa dibayar non-tunai.
Perwakilan Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Bangka Barat, Miwani, S.E., menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari persiapan HUT RI ke-80.
“Kami ingin semua layanan publik—kesehatan, pajak, pasar—berbasis digital. Itu tujuan besar dari Pekan QRIS Nasional ini,” jelasnya.
Lebih dari sekadar acara, Pekan QRIS di Mentok menyimpan makna penting. Warga bukan hanya belajar membayar pajak atau belanja tanpa uang tunai, tetapi juga ikut mengambil bagian dalam sejarah baru.
Kini, literasi keuangan digital bukan lagi sekadar slogan, melainkan praktik nyata di lapangan. QRIS menjadi jembatan dari kebiasaan lama menuju masa depan di mana uang kertas digantikan dompet digital, dan keterbatasan berganti dengan efisiensi.
Seorang warga yang baru selesai membayar pajak berbisik sambil menatap ponselnya:
“Gesek, bayar, selesai. Inilah era baru kami.
Transformasi digital melalui QRIS di Bangka Barat bukan hanya tentang kemudahan transaksi. Ia membawa pesan tentang keadilan fiskal, pemberdayaan UMKM, dan peningkatan kualitas layanan publik. Dengan langkah kecil seperti memindai kode QR, masyarakat diajak bersama-sama membangun tata kelola daerah yang lebih bersih, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan.