Santri Pondok Hidayatussalikin Rayakan Hari Santri Nasional dengan Khataman Al-Qur’an dan Istighosah Penuh Makna

Editor: Yopi Herwindo

Berita46 Dilihat

BN16 BANGKA

Pangkalpinang — Pondok Pesantren Hidayatussalikin, Jalan Pasir Padi, Kelurahan Temberan, Kota Pangkalpinang, menggelar rangkaian kegiatan religius dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025. Di bawah pimpinan KH A. Ja’far Shidiq, pesantren ini memaknai Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum memperkuat nilai keislaman, kebangsaan, dan pengabdian santri untuk negeri. Selasa (22/10/2025).

 

Kegiatan dimulai pada Selasa, 21 Oktober 2025 usai salat Maghrib dengan khataman Al-Qur’an 30 juz yang diikuti oleh para santri dan ustaz. Setelahnya, pada malam hari usai salat Isya, dilanjutkan dengan istighosah bersama melalui pembacaan Surat Yasin, Tahlil, dan Kitab Maulid Diba’i. Doa bersama itu dipersembahkan bagi para ulama dan santri pendahulu yang telah berjuang menegakkan agama serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

Secara khusus, para jamaah juga memanjatkan doa bagi para muassis Nahdlatul Ulama, terutama KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, tokoh sentral Resolusi Jihad 1945 yang menjadi dasar penetapan Hari Santri Nasional.

Setelah istighosah, para santri bersama pengasuh pesantren membaca Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, karya monumental KH. Hasyim Asy’ari. Kitab ini mengajarkan etika dan adab dalam menuntut ilmu, menjadi pedoman penting dalam pembentukan karakter santri yang berilmu sekaligus berakhlak.

 

Kegiatan peringatan Hari Santri dilanjutkan pada Rabu, 22 Oktober 2025, dengan pelaksanaan upacara bendera di halaman Pondok Hidayatussalikin Putri. Upacara berlangsung khidmat dengan diikuti oleh seluruh santri, dewan guru, dan tamu undangan. Momen ini menjadi simbol rasa cinta tanah air dan penghormatan terhadap perjuangan para santri terdahulu yang telah berkorban demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

KH A. Ja’far Shidiq dalam sambutannya menegaskan, Hari Santri harus dijadikan ajang refleksi bagi seluruh santri untuk meneladani semangat para ulama pendahulu.

 

“Santri bukan hanya belajar agama, tapi juga membangun bangsa dengan ilmu, akhlak, dan pengabdian. Itulah makna sejati santri dalam konteks zaman modern,” ujarnya.

 

Pondok Pesantren Hidayatussalikin sendiri dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan umum.

 

Di bawah naungan pesantren ini terdapat lembaga formal seperti MI Tahfidz, SMP Modern, MTs, dan MA, di mana para siswa dapat memilih sistem mondok atau non-mondok.

 

Dengan model pendidikan yang terpadu, pesantren ini mencetak generasi muda yang siap berkiprah di berbagai bidang — baik sebagai ulama, akademisi, maupun profesional — tanpa kehilangan jati diri keislamannya.

 

Bagi para santri, Hari Santri menjadi pengingat akan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, di mana para ulama dan santri menyerukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai bagian dari ibadah.

 

Nilai itu kini diteruskan melalui semangat belajar, berkhidmah, dan mencintai tanah air dengan ilmu dan amal.

 

Peringatan Hari Santri di Hidayatussalikin bukan hanya menumbuhkan rasa bangga sebagai santri, tetapi juga meneguhkan pesan bahwa santri adalah penjaga moral, cahaya ilmu, dan benteng keutuhan bangsa. (KBO Babel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *